Hembusan angin sepoi-sepoi menyentuh kulit hitamku, perlahan ia pergi menghilang bersembunyi
di atas awan kelabu.
Dihalaman kampus putih berdiri seorang panglima berpangkat bintang
9 gagah perkasa mengumandangkan aksi yang tak kunjung usai. Seperti tak ada yang ditakutinya, hiasan tembok pendidikanpun dirobohkan, kursi panas para pejabat terbakar api.
Terlihat jelas kobaran api yang menyala ditambah lagi dengan siraman bensin oleh seorang panglima bintang
9.
Akupun mulai beranjak pergi dari tempat kejadian mengikuti arah burung yang terbang, sepertinya burung itu memberikan petunjuk buatku. Ketika burung itu hinggap di atas dahan pohon ketapang, lalu aku mulai beranjak duduk sambil berteduh
di bawah pohon tersebut. Dengan memandang indahnya panorama lalu lalangnya kendara’an
yang ditumpangi gadis-gadis manis nan cantik. Akupun mulai berfikir dengan menaruh ujung jari telunjuk
di samping kepalaku “ mengapa seorang panglima bintang 9 melakukan hal demikian
“.
Tiba-tiba datang sosok dua orang berpakaian persis preman jalanan duduk disampingku sambil membawa secangkir kopi dan sebungkus rokok,
lalu kemudian berbisik ditelingaku “apa yang sedang kau pikirkan sahabatku?", seolah-olah mereka sudah membaca pikiranku dari raut wajahku yang cukup buyar.
Tanpa pikir panjang mereka langsung merangkul bahu kiriku sambil berucap, apapun yang ada dalam pikiran nyatamu merupakan perbuatan orang-orang
yang lapar dan haus akan harta yang menjadi tujuan semata.
Sahutan siulan burungpun menyambut ucapan keduanya dari pohon yang rindang menandakan sebuah kejujuran dari kedua orang tersebut.
Dalam benakku tersimpan banyak gejolak permasalahan yang mungkin tak cukup otak kecilku menampung semuanya,
namun karna ini merupakan motivasi buatku untuk merubah semua kesalah pahaman
yang dilakukan oleh seorang panglima bintang
9, akupun siap berdiri tegak
di depannya tuk menyampaikan sebuah kemaslahatan
yang ujungnya akan menjadi realita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar